visit indonesia

visit indonesia

Selasa, 17 Juli 2012

Rumah Tjong A Fie bag 2

     Rumah Tjong A Fie memadukan arsitektur tiga kultur: Melayu, Tionghoa, dan Eropa, hingga kini masih berdiri kokoh di Jalan Ahmad Yani, Kesawan, Medan, Sumatera Utara, dan menjadi penanda akulturasi tiga budaya.
 
     RUMAH besar (mansion) yang dibangun pada 1895 ini memang unik dan memesona. Sentuhan kultur Eropa tampak pada fasad bangunan dengan pilar-pilar besar menjulang. Sedangkan corak Tionghoa tampil pada ukiran kayu yang spesifik di sekujur bangunan, pintu gerbang, dan rancang atap yang khas bangunan rumah di China daratan. Nuansa Melayu terwakili pada warna kuning menyala yang dominan dan jendela-jendelanya yang khas.

     Tjong A Fie dikenal sebagai hartawan asal Guangdong, China, yang menetap di Medan pada awal abad ke-20. Berdiri di atas areal tanah seluas 6.000 meter persegi, bangunan rumah berlantai dua seluas 5.000 meter persegi ini memiliki 40 ruang. Rumah yang kini dijadikan museum dan kafe ini masih tampak megah dan terawat baik.

     Di Medan, nama Tjong A Fie sangat melegenda dan tak terpisahkan dari sejarah kota terbesar dan tersibuk di Pulau Sumatera itu. Selain dikenal sebagai dermawan, dia juga dikenal sebagai donator pembangunan gedung-gedung penting di Kota Medan, termasuk Istana Maimun, istana Kesultanan Deli.
Kawasan Kesawan, tempat rumah Tjong A Fie berada, sejak awal abad ke-20 memang dikenal sebagai pusat perdagangan. Di jalan sepanjang sekira 1 kilometer ini berderet beragam kantor mulai dari perbankan, penerbitan, hingga Perkebunan London Sumatera yang menempati bangunan modern pertama di Medan.
Konon, keluarga Tjong A Fie pernah pindah ke Denmark tahun 1921 dan kembali ke Indonesia pada 1930. Selama sembilan tahun, rumah ini dibiarkan kosong. Semula, anak-anak Tjong A Fie kembali mendiami rumah ini. Tetapi, kini tinggal keluarga Fon Prawira yang bertahan.
Menurut Fon Prawira, cucu Tjong A Fie, kakeknya mendiami rumah mewah ini bersama istri ketiganya, Lim Koei Yap, dan tujuh anaknya. Kini, hanya dia bersama keluarga yang tinggal di rumah tersebut. Fon Prawira sendiri, menurut pengakuannya, merupakan anak dari Ching Kweet Leong, anak keempat sang dermawan. (Christian Heru)











ilyasjalanjalanwisataindonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar